Saat Bioskop Jadi Majelis Taklim: Sihir Film Ayat-Ayat Cinta

Front Cover
Hikmah, Aug 1, 2008 - Ayat-ayat cinta (Motion picture) - 244 pages
Film Ayat-Ayat Cinta benar-benar menyihir masyarakat. Tidak heran bila: MURI mengukuhkannya sebagai film yang banyak ditonton. Dalam sepekan saja, ada dua juta masyarakat Indonesia yang menonton. Para pejabat, mantan pejabat, politisi, beramai-ramai membuat acara nonton bareng film Ayat-Ayat Cinta. Bioskop dibanjiri ibu-ibu majelis taklim, yang mungkin saat itulah sebagian besar mereka untuk pertama kalinya mengungjungi bioskop. Kepopulerannya melintasi batas negara. Tak hanya booming di Indonesia, tapi juga di Malaysia dan Singapura. Begitulah akhir yang manis dari sebuah film yang disebut-sebut sebagai icon kebangkitan kedua film bertema relegius setelah film Sunan Kalijaga. Buku ini tidak semata mengungkap kisah sukses film Ayat-Ayat Cinta, tapi mengungkap juga cerita-cerita di balik peristiwa pembuatan film ini. Misalnya; Cerita di balik pemindahan lokasi dari Mesir ke India dan Semarang. Cerita di balik pertukaran peran Carissa Putri dengan Rianti Cartwright Trik Hanung menyiasati dana yang terbatas Cerita kesuksesan Hanung Bramantyo sebagai sutradara dan apa rencana-rencana besarnya. Cerita kang Abik dari mulai menulis novel hingga mengawal novelnya ke layar lebar. Semuanya diungkap buku ini. Membaca buku ini menyadarkan kita di balik kesuksesan pasti ada perjuangan. "Di tempat saya Bintaro Jaya, ibu-ibu majelis taklim rame-rame berbondong-bondong lihat AAC," I Melilany, Milis Muslim_Bintarojaya_BSD "Film ini sangat religius dan di dalamnya terkandung sejumlah pesan-pesan Islam ...," Muhammad Izzul Muslimin, Ketua PP Pemuda Muhammadiyyah

About the author (2008)

ROHMAT Haryadi, lahir di Magetan, 24 Desember 1970. Menamatkan kuliah di jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Brawijaya Malang, 1996. Semasa kuliah aktif di Senat Mahasiswa FMIPA, sebagai Ketua Bidang IV yang mengurusi penerbitan majalah fakultas. Sekaligus, sebagai Pemimpin Redaksi, dan Pemimpin Umum, majalah kampus PARADIGMA, 1993-1994.

Juga aktif di Himpunan Mahasiswa Islam, Komisariat FMIPA, 1991-1996. Aktif di kelompok Kajian Kavling 10, Unit Aktivitas Pers Mahasiswa Universitas Brawijaya, 1990-1996. Semasa mahasiswa artikelnya pernah dimuat harian Nusa Tenggara,Surya, Jawa Pos, dan Kompas.

Karier jurnalistiknya dimulai ketika bergabung dengan Majalah Sinar, koresponden liputan di Yogyakarta dan sekitarnya, 1997-1998. Kemudian bergabung dengan Majalah GATRA sejak 1999-sekarang.

Ketika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), menggelar Lomba Karya Tulis Ilmiah Keantariksaan 2002, penulis mengirim dua karya berjudul Lorong Cepat Antar-planet, dan Memelototi Langit Menguping Alien. Salah satu dari karya itu berhasil menjadi pemenang ketiga lomba itu.

Karya tulisnya yang bertajuk Petualang Dari Kedalaman Bima Sakti menjadi juara pertama lomba karya tulis tentang Unidentified Flying Object (UFO), yang diadakan majalah Info-UFO, 2002.

Memetik Setrum Ombak, menjadi juara dua Lomba Penulisan IPTEK Nasional 2006, dalam rangka Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-11, kategori wartawan. Analisis Mesin Secangkir Oli, menjadi juara tiga Pertamina Article Award 2006. Roket Balistik di Depan Mata, menjadi juara pertama Lomba Karya Tulis Jurnalistik Kedirgantaraan LAPAN 2007.

Bersama Doni Prihandono, meluncurkan buku Servant Leadership, 2004. Menjadi anggota tim penulis buku Partai Demokrat & SBY, 2005, terlibat dalam penulisan buku Darah Guru Darah Muhammadiyah biografi Abdul Malik Fadjar, 2006, Sekolah Dasar: Pergulatan Mengejar Ketertinggalan, 2006, dan Hajatan Demokrasi, 2006. Hasil investigasinya di Malaysia, dibukukan dengan tajuk Budak Syahwat Lintas Negara, terbit Mei 2005.[]

Bibliographic information